Listening Comprehension Part A dan B Pada Tes Acept UGM




Adapun kesamaan dan perbedaan Tes Listening Comprehension pada AcEPT UGM memiliki kesamaan dengan tes TOEFL. Kesamaan kedua tes ini terletak pada tren soal dan tingkat kesulitannya; sementara perbedaannya terletak pada orientasi bacaan. Jika teks bacaan dalam tes TOEFL lebih menitikberatkan pada informasi yang condong ke Amerika dan Kanada, maka AcEPT lebih bersifat lebih global, yakni dapat berisi informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan Amerika, Kanada, Inggris, Australia, Asia, ataupun Afrika.

Peserta tidak memiliki waktu banyak untuk mengerjakan soal bagian ini karena jarak waktu satu soal dengan soal lainnya hanya 15 detik. Waktu yang relatif singkat ini harus digunakan untuk mendengarkan soal; membaca opsi jawaban; mengkaitkan soal dengan pilih­an jawaban; melingkari pilihan; dan mempersiapkan soal berikutnya. Kesulitan ini harus diatasi calon peserta tes dengan mempersiapkan langkah-langkah antisipatif jauh-jauh hari sebelum tes. Langkah-langkah antisipatif dapat dilakukan dengan mempelajari proses menyimak secara umum, mempelajari karakter soal dalam tes AcEPT, dan mencermati lingkup uji Listening Comprehension.

Listening Comprehension Bagian A
Short Statements/pernyataan/kalimat pendek

PENTING
INTI/PERINTAH pada Listening Part A adalah MENCARI KALIMAT LAIN YANG MAKNANYA SAMA/MIRIP DENGAN PERNYATAAN DARI PEMBICARA. Berarti kata – kata dan urutan kalimatnya tidak boleh sama persis. Jumlah soal untuk Listening Comprehension Part A adalah 10 nomor.

Mempelajari kemampuan Anda memahami pernyataan pendek dalam bahasa Inggris. Dalam tes Listening Comprehension AcEPT; pernyataan akan dibacakan sekali saja dan pernyataan yang Anda dengar tidak akan ditulis dalam tes, serta Anda tidak diperkenankan membuat catatan apapun dalam buku tes. Dengan kondisi seperti ini dibutuhkan Short Term Memory yang baik, dan Anda dapat mempelajarinya bersama kami melalui latihan soal.

CONTOH:
Perhatikan contoh berikut: Anda akan mendengarkan pernyataan singkat/short stament dari pembicara.NARRATOR:The assignment is due the day after tomorrow. No extension will be given for this.A. Simon is doing his job well, and they mentioned it. B. You must do the assignment the day after tomorrow. C. No sanction is given if you do the assignment the day after tomorrow. D. It’s better for you to complete the task right away.

Catatan:
Tidak ada teks rekaman pembicara di soal ujian Acept listening Part A dan B. Jadi Anda hanya mendengarkan saja. Anda akan diberikan jilidan soal yang berisi soal dan pilihan ganda A, B, C dan D.

Listening Comprehension Bagian B
Talks
Mempelajari kemampuan Anda mendengarkan teks pendek yang dibacakan narrator. Setelah teks diperdengarkan, Anda akan mendengarkan pula dua pertanyaan mengenai isi teks. Untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, pilihan jawaban dalam format Multiple Choice. Anda harus ingat bahwa dalam tes AcEPT, waktu pengerjaan dibuat singkat. Bahkan waktu yang disediakan ini tidak masuk akal singkatnya. Waktu pengerjaan untuk bagian Listening Comprehension adalah 15 detik. Batas 15 detik ini dihitung dari bunyi question number one ke question number two, dan seterusnya. Jumlah soal pada test Listening Part B adalah 10 nomor. Pembicara akan membacakan sebuah narasi pendek dengan durasi waktu sekitar 1 hingga 2 menit. Setelah itu, pembicara akan membacakan dua (2) pertanyaan yang berhubungan dengan narasi pendek tadi. Jadi secara keseluruhan ada 5 narasi pendek yang berbeda pada Listening Part B dan pembicara/narrator akan membacakan 2 pertanyaan untuk setiap narasi pendek.

Ini berarti, saat Anda mengerjakan soal Listening Comprehension, Anda harus benar-benar prima dalam hal mengingat soal yang Anda dengar dan menghubungkannya dengan opsi jawaban yang tersedia satu-demi-satu. Jika Anda tak memiliki Short Term Memory yang baik, tidaklah mungkin Anda dapat mengerjakan bagian ini dengan optimal.
Ingat, dalam tes Listening Comprehension AcEPT yang sesungguhnya Anda tidak diperkenankan membuat catatan apapun pada buku soal. Tapi Anda tidak perlu khawatir, karena kami akan memberikan latihan soalnya.

CONTOH:
American are eager to help people as they want to provide assistance in equal and fair manner when a group of people is waiting. They expect to be helped on a first-come first-served basis, in the order in which they arrived. To be sure the chance to speak with a very busy person, such as a professor or a college official, it is the best to email or telephone in advance to see you will need to make an appointment.

1.   What is the topic of the talk?
a. Culture shock
c. Different building and food
b. Moving to a new shock
d. Problem with your English terminology

2.   Why do most people feel confused when they move to a new country?
a. They are entering an unfamiliar place
b. They are not feeling to try new food
c. They do not want to speak English
d. They do not bring food from their country

IUP UGM: Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)

Minnesota Multiphasic PersonalityInventory (MMPI) diterbitkan pada tahun 1940. Perancang MMPI adalah R. Starke Hathaway , PhD, dan JC McKinley , MD. MMPI merupakan hak cipta dari University of Minnesota. MMPI dikembangkan pada tahun 1930 di Universitas Minnesota sebagai tes kepribadian yang komprehensif dan serius yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah kejiwaan.
Tes MMPI adalah sebuah alat tes inventori yang berisi banyak pertanyaan dengan option “ya” dan “tidak”, tujuannya adalah untuk mengetahui kepribadian seseorang, terutama gangguan-gangguan psikologis yang ada di dalam diri seseorang, seperti gangguan anti sosial, gangguan seksual, gangguan depresi, kehohongan, Dan sebagainya.
Skala dalam MMPI dibagi menjadi :

SKALA VALIDITAS
MMPI adalah salah satu tes pertama yang mengembangkan skala-skala untuk mendeteksi apakah responden menjawab dengan cara yang akan membuat hasil-hasilnya secara keseluruhan tidak valid.

1. Skala “?” atau Cannot Say (SC)
Skala ? (disingkat ? atau CS) bukan benar-benar sebuah skala formal tetapi sekedar merepresentasikan jumlah item yang dibiarkan tidak terjawab pada lembar profil. Kegunaan mencatat jumlah pertanyaan yang tidak terjawab adalah memberikan salah satu dari beberapa indeks validitas sebuah protocol. Jika 30 item atau lebih dibiarkan tidak terjawab, protocol itu kemungkinan besar tidak valid dan tidak ada interpretasi lebih jauh yang perlu diupayakan. Hal ini semata-mata karena jumlah item yang telah direspon tidak cukup, yang berarti informasi yang tersedia untuk menskor skala kurang. Jadi, hasil-hasilnya kurang dapat dipercaya. Untuk meminimalkan jumlah respon cannot say, klient seharusnya di dorong untuk menjawab seluruh pertanyaan.

2. Skala L
Skala L atau lie (kebohongan) terdiri atas 15 item yang mengindikasikan sejauh mana seorang klien berusaha mendeskripsikan dirinya dengan cara positif yang tidak realistis. Jadi, mereka yang mendapat skor tinggi mendeskripsikan dirinya secara terlalu perfeksionis dan idealis.
3. Skala F
Skala ini mengukur sejauh mana seseorang menjawab dengan cara yang atipikal dan menyimpang. Item-item dengan skala F MMPI dan MMPI-2 diseleksi berdasarkan dukungan oleh kurang dari 10% populasi. Jadi, dari segi definisi statistic, mereka merefleksikan cara berfikir yang nonkonvensional. Skor tinggi pada skala F biasanya disertai oleh skor-skor yang tinggi pada banyak skala klinis. Skor tinggi sering dapat digunakan sebagai indicator umum patologi. Seseorang yang mempunyai skor tinggi mungkin juga “faking bad”, yang bisa menginvilidasi protokolnya.

4. Skala K
Skala ini dorancang untuk medeteksi klient-klient yang terlalu positif dalam mendeskripsikan dirinya. Jadi, skala ini mempunyai kesamaan dengan skala L. akan tetapi, skala K, lebih subtil dan efektif. Bila hanya individu-individu yang naïf, moralistic dan tidak rumit saja yang akan mendapatkan skor tinggi pada skala L, orang yang lebih cerdas dan pintar secara psikologis mungkin mempunyai skor K yang mungkin sedikit lebih tinggi meskipun mungkin tidak menunjukan elevasi pada skala L.

SKALA KLINIS
1. Hypochondriasis (Hs)
Skala 1 awalnya dirancang untuk membedakan penderita hipokondriasis dengan para pasien dengan tipe-tipe psikiatrik lainnya. Meskipun skala itu dapat menunjukan diagnosis hipokondriasis, namun skala itu paling berguna sebagai sebuah skala untuk mengindikasikan berbagai macam karakteristik kepribadian, tetapi belum tentu konsisten dengan diagnostic untuk hipokondriasis.

2. Depression
Kelima puluh tujuh item skala dua berhubungan dengan brooding, kelambanan fisik, perasaan depresi yang subjektif, apati mental, dan malfungsi fisik.skor tinggi mungkin mengindikasikan berbagai kesulitan disalah satu bidang atau lebih. Orang yang mendapat skor tinggi pada skala 2 biasanya dideskripsikan sebagai orang yang suka mengkritik dirinya, menarik diri, suka menyendiri, pendiam dan retiring (mengundurkan diri).

3. Hysteria
Dirancang untuk mengindikasikan pasien-pasien yang telah mengembangkan gangguan-gangguan atau motorik-motorik yang berbasis psikogenetik. Fitur penting orang yang mempunyai skor tinggi pada skala ini adalah mereka secara stimulan melaporkan keluhan-keluhan fisik tertentu, tetapi juga menggunakan gaya pengingkaran dimana mereka mungkin mengekspresikan optimism secara berlebih-lebihan.
4. Psychopathic deviant
Skala ini untuk mengetes tingkat penyesuaian social seseorang secraa umum. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan bidang-bidang seperti derajat pengasingan diri dari keluarga, kedap social, masalah dengan sekolah dan figure otoritas, dan penarikan diri dan masyarakat.

5. Masculinity-feminity
Skala ini dirancang untuk mengidentifikasi laki-laki yang mengalami maslaah dengan perasaan homoseksual dan kebingungan identitas gender. Akan tetapi, upaya ini kurang berhasil karena skor yang tinggi tampaknya tidak mempunyai kaitan yang jelas dengan preferensi seksual.

6. Paranoia
Untuk mengidentifikasi orang dengan kondisi atau keadaan paranoid. Ia mengukur derajat sensitifitas interpersonal, kebijakan-diri, dan kecurigaan seseorang. Elevasi ringan pada skala 6 menunjukan bahwa orang itu emosional, berhati lembut, dan mengalami sensitivitas interpersonal. Bila elevasi lebih tinggi, kecurigaan dan sensitifitas seseorang menjadi lebih ekstrim dan konsisten dalam proses-proses psikotik.

7. Psychasthenia
Keempat puluh delapan item pada skala 7 awalnya dirancang untuk mengukur sindroma psikastenia.

8. Schizophrenia
Skala ini dirancang untuk mengidentifikasi orang yang mengalami kondisi skizofrenik atau mirip. Tujuan ini sebagian berhasil dalam arti bahwa diagnosis skizofrenia muncul sebagai sebuah kemungkinan dalam kasus orang yang mendapat skor ekstreem tinggi. Akan tetapi, bahkan orang yang mendapat skor cukup tinggipun belum tentu memenuhi criteria skizofrenia.

9. Hypomania
Keempat puluh enam item pada skala 9 awalnya dikembangkan untuk mengidentifikasikan orang yang mengalami gejala-gejala hipomanik. Gejala-gejala ini mungkin mencakup periode-periode siklus euphoria, iritabilitas yang mengikat, dan aktivitas tidak produktif yang eksesif yang mungkin digunakan sebagai distraksi untuk menghancurkan depresi. Skala ini efektif bukan hanya dalam mengidentifikasi orang dengan kondisi manic tingkat sedang, tetapi juga dalam mengidentifikasi karakteristik kelompok-kelompok bukan pasien.

10. Social introversion

Skala ini dikembangkan dari person wahasiswa pada pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kontinum introversi-ekstraversi. Skala ini divalidasi berdasarkan sejauh mana mahasiswa ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan social. Skor yang tinggi menunjukan bawah responden pemalu, mempunyai keterampilan social yang terbatas, merasa tidak nyaman dalam interaksi sosial, dan menarik diri dari banyak situasi interpersonal.