IUP UGM: Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
2/9/18
Add Comment
Minnesota Multiphasic PersonalityInventory (MMPI) diterbitkan pada tahun 1940. Perancang MMPI adalah R. Starke
Hathaway , PhD, dan JC McKinley , MD. MMPI merupakan hak cipta dari University
of Minnesota. MMPI dikembangkan pada tahun 1930 di Universitas Minnesota
sebagai tes kepribadian yang komprehensif dan serius yang dapat digunakan untuk
mendeteksi masalah kejiwaan.
Tes MMPI adalah sebuah alat tes
inventori yang berisi banyak pertanyaan dengan option “ya” dan “tidak”,
tujuannya adalah untuk mengetahui kepribadian seseorang, terutama
gangguan-gangguan psikologis yang ada di dalam diri seseorang, seperti gangguan
anti sosial, gangguan seksual, gangguan depresi, kehohongan, Dan sebagainya.
Skala dalam MMPI dibagi menjadi :
SKALA VALIDITAS
MMPI adalah salah satu tes pertama
yang mengembangkan skala-skala untuk mendeteksi apakah responden menjawab
dengan cara yang akan membuat hasil-hasilnya secara keseluruhan tidak valid.
1. Skala “?” atau Cannot Say (SC)
Skala ? (disingkat ? atau CS) bukan
benar-benar sebuah skala formal tetapi sekedar merepresentasikan jumlah item
yang dibiarkan tidak terjawab pada lembar profil. Kegunaan mencatat jumlah
pertanyaan yang tidak terjawab adalah memberikan salah satu dari beberapa
indeks validitas sebuah protocol. Jika 30 item atau lebih dibiarkan tidak
terjawab, protocol itu kemungkinan besar tidak valid dan tidak ada interpretasi
lebih jauh yang perlu diupayakan. Hal ini semata-mata karena jumlah item yang
telah direspon tidak cukup, yang berarti informasi yang tersedia untuk menskor
skala kurang. Jadi, hasil-hasilnya kurang dapat dipercaya. Untuk meminimalkan
jumlah respon cannot say, klient seharusnya di dorong untuk menjawab seluruh
pertanyaan.
2. Skala L
Skala L atau lie (kebohongan) terdiri
atas 15 item yang mengindikasikan sejauh mana seorang klien berusaha
mendeskripsikan dirinya dengan cara positif yang tidak realistis. Jadi, mereka
yang mendapat skor tinggi mendeskripsikan dirinya secara terlalu perfeksionis
dan idealis.
3. Skala F
Skala ini mengukur sejauh mana
seseorang menjawab dengan cara yang atipikal dan menyimpang. Item-item dengan
skala F MMPI dan MMPI-2 diseleksi berdasarkan dukungan oleh kurang dari 10%
populasi. Jadi, dari segi definisi statistic, mereka merefleksikan cara
berfikir yang nonkonvensional. Skor tinggi pada skala F biasanya disertai oleh
skor-skor yang tinggi pada banyak skala klinis. Skor tinggi sering dapat digunakan
sebagai indicator umum patologi. Seseorang yang mempunyai skor tinggi mungkin
juga “faking bad”, yang bisa menginvilidasi protokolnya.
4. Skala K
Skala ini dorancang untuk medeteksi
klient-klient yang terlalu positif dalam mendeskripsikan dirinya. Jadi, skala
ini mempunyai kesamaan dengan skala L. akan tetapi, skala K, lebih subtil dan
efektif. Bila hanya individu-individu yang naïf, moralistic dan tidak rumit
saja yang akan mendapatkan skor tinggi pada skala L, orang yang lebih cerdas
dan pintar secara psikologis mungkin mempunyai skor K yang mungkin sedikit
lebih tinggi meskipun mungkin tidak menunjukan elevasi pada skala L.
SKALA KLINIS
1. Hypochondriasis (Hs)
Skala 1 awalnya dirancang untuk
membedakan penderita hipokondriasis dengan para pasien dengan tipe-tipe
psikiatrik lainnya. Meskipun skala itu dapat menunjukan diagnosis
hipokondriasis, namun skala itu paling berguna sebagai sebuah skala untuk
mengindikasikan berbagai macam karakteristik kepribadian, tetapi belum tentu
konsisten dengan diagnostic untuk hipokondriasis.
2. Depression
Kelima puluh tujuh item skala dua
berhubungan dengan brooding, kelambanan fisik, perasaan depresi yang subjektif,
apati mental, dan malfungsi fisik.skor tinggi mungkin mengindikasikan berbagai
kesulitan disalah satu bidang atau lebih. Orang yang mendapat skor tinggi pada
skala 2 biasanya dideskripsikan sebagai orang yang suka mengkritik dirinya,
menarik diri, suka menyendiri, pendiam dan retiring (mengundurkan diri).
3. Hysteria
Dirancang untuk mengindikasikan
pasien-pasien yang telah mengembangkan gangguan-gangguan atau motorik-motorik
yang berbasis psikogenetik. Fitur penting orang yang mempunyai skor tinggi pada
skala ini adalah mereka secara stimulan melaporkan keluhan-keluhan fisik
tertentu, tetapi juga menggunakan gaya pengingkaran dimana mereka mungkin
mengekspresikan optimism secara berlebih-lebihan.
4. Psychopathic deviant
Skala ini untuk mengetes tingkat
penyesuaian social seseorang secraa umum. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan
dengan bidang-bidang seperti derajat pengasingan diri dari keluarga, kedap
social, masalah dengan sekolah dan figure otoritas, dan penarikan diri dan
masyarakat.
5. Masculinity-feminity
Skala ini dirancang untuk
mengidentifikasi laki-laki yang mengalami maslaah dengan perasaan homoseksual
dan kebingungan identitas gender. Akan tetapi, upaya ini kurang berhasil karena
skor yang tinggi tampaknya tidak mempunyai kaitan yang jelas dengan preferensi
seksual.
6. Paranoia
Untuk mengidentifikasi orang dengan
kondisi atau keadaan paranoid. Ia mengukur derajat sensitifitas interpersonal,
kebijakan-diri, dan kecurigaan seseorang. Elevasi ringan pada skala 6
menunjukan bahwa orang itu emosional, berhati lembut, dan mengalami
sensitivitas interpersonal. Bila elevasi lebih tinggi, kecurigaan dan sensitifitas
seseorang menjadi lebih ekstrim dan konsisten dalam proses-proses psikotik.
7. Psychasthenia
Keempat puluh delapan item pada skala
7 awalnya dirancang untuk mengukur sindroma psikastenia.
8. Schizophrenia
Skala ini dirancang untuk
mengidentifikasi orang yang mengalami kondisi skizofrenik atau mirip. Tujuan
ini sebagian berhasil dalam arti bahwa diagnosis skizofrenia muncul sebagai
sebuah kemungkinan dalam kasus orang yang mendapat skor ekstreem tinggi. Akan
tetapi, bahkan orang yang mendapat skor cukup tinggipun belum tentu memenuhi
criteria skizofrenia.
9. Hypomania
Keempat puluh enam item pada skala 9
awalnya dikembangkan untuk mengidentifikasikan orang yang mengalami
gejala-gejala hipomanik. Gejala-gejala ini mungkin mencakup periode-periode
siklus euphoria, iritabilitas yang mengikat, dan aktivitas tidak produktif yang
eksesif yang mungkin digunakan sebagai distraksi untuk menghancurkan depresi.
Skala ini efektif bukan hanya dalam mengidentifikasi orang dengan kondisi manic
tingkat sedang, tetapi juga dalam mengidentifikasi karakteristik
kelompok-kelompok bukan pasien.
10. Social introversion
Skala ini dikembangkan dari person
wahasiswa pada pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kontinum
introversi-ekstraversi. Skala ini divalidasi berdasarkan sejauh mana mahasiswa
ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan social. Skor yang tinggi menunjukan
bawah responden pemalu, mempunyai keterampilan social yang terbatas, merasa
tidak nyaman dalam interaksi sosial, dan menarik diri dari banyak situasi
interpersonal.
0 Response to "IUP UGM: Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)"
Post a Comment